Selasa, 14 Juli 2020

Pertumbuhan Sektor Industri diIndonesia

Tumbuh Pesatnya Sektor Industri 

Industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan kinerja yang gemilang sepanjang tahun 2019 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,35%. Capaian tersebut menunjukkan perkembangan yang terus membaik di tengah tekanan kondisi ekonomi global. Pertumbuhan signifikan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi ditopang oleh meningkatnya produksi pakaian jadi di sentra-sentra industri.
“Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas dalam pengembangannya. Terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0, karena dengan pemanfaatan teknologi industri 4.0, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (6/2).
Menperin mengungkapkan, sektor industri tekstil dan produk testil (TPT) juga mencatat nilai ekspor sepanjang tahun 2019 yang mencapai USD12,9 miliar. Sebagai salah satu sektor padat karya, sektor tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,73 juta orang.
Oleh karena itu, Kemenperin menjalankan beberapa langkah untuk terus meningkatkan kinerja sektor tersebut, antara lain dengan mendorong perluasan akses pasar serta merestrukturisasi mesin dan peralatan. “Jadi, untuk menggenjot daya saing industri TPT, banyak hal yang kami pacu. Misalnya, memudahkan ketersediaan bahan baku dan pasokan energi,” sebutnya.
Sektor industri nonmigas lainnya yang juga tumbuh optimal pada 2019 adalah industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 8,86% yang sejalan dengan meningkatnya permintaan luar negeri. Selanjutnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional  sebesar 8,38% yang pertumbuhannya didorong oleh peningkatan produksi bahan kimia, barang dari kimia, serta produk farmasi, obat kimia, dan obat tradisional.
Kemudian, industri furnitur mencapai 8,35% yang dipengaruhi peningkatan permintaan luar negeri sehingga mendorong tumbuhnya ekspor. Sementara, industri makanan dan minuman dengan pertumbuhan stabil sebesar 7,78%, didukung oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.
Seperti disampaikan Badan Pusat Statistik, perekonomian global pada Triwulan IV-2019 diperkirakan masih lemah dan belum stabil akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh sebesar 5,02% dibandingkan tahun 2018.
Menperin Optimis
Agus optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi, serta kinerja industri manufaktur Tanah Air yang akan terus membaik, bahkan mampu mencapai target pertumbuhan hingga 5,3%. Terlebih bila didukung dengan penetapan harga gas untuk industri yang diharapkan maksimal sebesar USD6 per million metric british thermal unit (MMBTU).
“Sebelumnya, kami menyampaikan tujuh isu di sektor industri yang harus ditindaklanjuti, apabila isu harga gas untuk industri bisa diselesaikan, pemerintah optimistis dengan target pertumbuhan sektor industri,” sebut Menperin.
Menperin mengungkapkan, selain itu kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas terhadap terhadap total PDB 2019 mencapai 17,58%. Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor industri masih terus konsisten memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian nasional.
“Terlebih, aktivitas industri membawa efek ganda yang luas bagi peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” ucapnya.
Sementara itu, ekspor sektor industri pada Januari-Desember 2019 tercatat sebesar USD126,57 miliar dan menyumbang 75,5% dari total ekspor Indonesia. Lima sektor yang memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2019, yaitu industri makanan yang menyetor hingga USD27,16 miliar atau berkontribusi sebesar 21,46%.
Selanjutnya, industri logam dasar USD17,37 miliar (13,72%). Berikutnya, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tercatat USD12,65 miliar (10%), industri pakaian sebesar USD8,3 miliar (6,56%), serta industri kertas dan barang dari kertas yang menyetor USD7,27 miliar (5,74%).
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kinerja industri manufaktur, Kemenperin tengah menjalankan berbagai langkah strategis sebagai upaya meningkatkan nilai ekspor dari sektor industri pengolahan. Di antaranya melalui peningkatan daya saing dan penyiapan produk unggulan. Kemudian, pemanfaatan free trade agreement (FTA) seperti percepatan negosiasi FTA, perluasan ke pasar nontradisional, dan inisiasi FTA bilateral sesuai kebutuhan industri.
“Kami juga melaksanakan program promosi internasional melalui pendampingan promosi dan ekspor, meningkatkan kapasitas produsen untuk ekspor, serta melakukan link and match dengan jejaring produksi global. Selanjutnya, memberikan dukungan fasilitas seperti fasilitasi pembiayaan ekspor, pendampingan kasus unfair trading, dan penurunan hambatan ekspor (NTMs),” tegas Menperin.
Disamping itu, pada April 2020 mendatang Indonesia juga menjadi official partner country pada ajang Hannover Messe 2020 di Jerman. Kesempatan ini merupakan momentum baik untuk memperkenalkan kesiapan industri Indonesia di era industri 4.0, mempromosikan kerja sama investasi dan ekspor sektor industri, serta memperkuat kerja sama bilateral dengan Jerman maupun dengan negara-negara lain yang berorientasi pada inovasi teknologi.
“Kehadiran pada perhelatan tersebut tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di ASEAN yang menjadi official partner country, tetapi juga mendukung upaya national branding atas posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global,” tandasnya.
Dari data yang disajikan diatas, diketahui bahwa pertumbuhan sektor industri diIndonesia  sepanjang tahun 2019 tergolong pesat. Salah satunya adalah industri furnitur yang mencapai angka 8,35% yang dipengaruhi oleh permintaan luar negri. Ini bisa jadi tanda baik untuk indonesia dalam hal pertumbuhan ekonominya kedepan.

Senin, 13 Juli 2020

Persentase IPM di Indonesia

Gagal Capai Target, Indeks Pembangunan Manusia diIndonesia Terbilang Tinggi

Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2019 meleset dari target. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IPM Indonesia berada di angka 71,92 pada 2019. Angka tersebut meningkat 0,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni 71,39 pada 2018. Namun, tidak mencapai target IPM yang ditetapkan APBN 2019 yakni sebesar 71,98.

Walau tidak mencapai target, berdasarkan standar Badan Program Pembangunan United Nations Development Programme (UNDP), indeks tersebut menunjukkan IPM Indonesia berada di level yang tinggi.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan IPM Indonesia meningkat karena empat indikator. Pertama, angka harapan hidup. Saat ini, angka harapan hidup saat lahir yang meningkat dari 71,2 tahun menjadi 71,34 tahun.


"Bayi yang lahir pada 2019 memiliki harapan dapat hidup hingga 71,34 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan yang lahir pada tahun sebelumnya," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (17/2).

Kedua, harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah ikut naik dari 12,91 tahun menjadi 12,95 tahun. Ketiga, rata-rata lama sekolah yang naik dari 8,17 tahun menjadi 8,34 tahun.

Menurut Suhariyanto, rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Indonesia tumbuh 1,25 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2019.  Pada 2019, rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia umur 25 tahun ke atas mencapai 8,34 tahun atau hampir menyelesaikan pendidikan hingga SMP kelas IX.

"Meningkatnya harapan lama sekolah juga menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah, sebagai modal penting membangun kualitas SDM," ungkapnya.

Keempat, tingkat standar hidup layak alias pendapatan per kapita yang juga meningkat dari Rp11,05 juta per tahun menjadi Rp11,29 juta per tahun. Ia menyebut tingkat pendapatan tersebut sangat menentukan IPM. Pasalnya, bisa mempengaruhi tingkat daya beli, konsumsi, hingga pemenuhan gizi masyarakat.


Kendati IPM berhasil meningkat, namun ia menyebut kondisi pembangunan manusia di Tanah Air masih bervariasi dan belum merata di provinsi, kabupaten, hingga kota.

Berdasarkan provinsi, IPM Indonesia tertinggi ada di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai mencapai 80,76, diikuti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 79,99, Provinsi Kalimantan Timur 76,61, Provinsi Kepulauan Riau 75,48, dan Provinsi Bali 75,38.

Sementara provinsi dengan IPM terendah, yaitu Papua sebesar 60,84. Diikuti Provinsi Papua Barat 64,70, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 65,23, Provinsi Sulawesi Barat 65,73, dan Provinsi Kalimantan Barat 67,65.


Berdasarkan data dari berita di atas, Bahwa tingkat Indeks Pembangunan diIndonesia gagal mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 71,98% di tahun 2019. Indonesia hanya berhasil mendapatkan nilai 71,92%, kendati demikian angka tersebut terbilang tinggi berdasarkan United Nations Development Progamme (UNDP). angka tersebut bisa didapat berkat standar kehidupan di indonesia meningkat, seperti angka harapan hidup yang meningkat dari 71,2 menjadi 71,34 tahun di tahun 2019. Harapan lama sekolah pun naik dari yang sebelumnya 12,91 tahun menjadi 12,95 tahun. dan terakhir rata - rata sekolah diIndonesia meningkat dari 8,17 tahun menjadi 8,34 tahun.

Namun data diatas tidaklah mencerminkan Indeks Pembangunan Manusia yang merata diIndonesia, sebab masih ada beberapa daerah yang tingkat IPM nya tergolong rendah. menurut saya pemerataan ekonomi diIndonesia sangatlah penting untuk mendongkrak presentase Indeks Pembangunan Manusia diIndonesia dan tidak hanya di kota - kota besar, namun juga di wilayah indonesia yang lain.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200217140707-532-475349/jokowi-gagal-capai-target-indeks-pembangunan-manusia-di-2019

Pengangguran Di Indonesia

BESARNYA URBANISASI, BERDAMPAK PADA ANGKA PENGANGGURAN

Menurut dataBadan Pusat Statistik (BPS) 18 Februari kemarin, Angka pengangguran di Indonesia cenderung menurun akibat dari 2000s Commodities Boom, ketika Indonesia banyak  mencipatakan lapangan perkerjaan baru ketika ekonomi sedang bertumbuh yang mengakibatkan pengangguran di indonesia sempat menurun di tahun 2006 hingga 2012.
Lalu ketika tahun 2011 hingga 2015 terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia yang di akibatkan berhentinya 2000s Commodities Boom. yang mana mengakibatkan angka pengangguran kembali naik pada tahun 2013 dan 2015. Seperti pada data dibawah:
Seiring berjalan waktu urbanisasi di Indonesia semakin besar dikarenakan besarnya peluang pekerjaan dan jaminan pekerjaan yang layak di perkotaan ketimbang di desa, hal ini menyebabkan pengangguran di perkotaan meningkat dan pengangguran di pedesaan menurun seiring berjalan waktu.
Sementara itu pekerjaaan formal lebih didominasi oleh kaum Laki - laki ketimbang perempuan dimana statistik menunjukan bahwa setengah dari populasi perempuan di indonesia bekerja di bidang formal, berbanding terbalik dengan laki - laki dimana 83 persen diantaranya bekerja di bidang formal.
ada beberapa alasan yang menyebabkan ini terjadi yaitu:
  1. Tradisi/budaya; wanita indonesia lebih cenderung untuk mengurus rumah tangga. terutama setelah melahirkan anak
  2. Ketidaksetaraan gender; perempuan di Indonesia cenderung bekerja di sektor informal (dua kali lipat lebih banyak ketimbang laki - laki). Ada banyak contoh pekerja perempuan informal di pabrik (misalnya pabrik garmen) atau yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau yang buka usaha informal di rumah ( misalnya menjual masakannya sendiri). Juga patut dicatat bahwa sebagian besar pekerja perempuan informal ini adalah pekerja yang tidak dibayar. Dan mereka yang menerima penghasilan biasanya mendapatkan bayaran kurang dari pria untuk pekerjaan yang sama. Sebagaimana disebutkan di atas, bekerja di sektor informal membawa risiko karena pekerja sektor informal biasanya memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil. apalagi mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan (kesehatan) dasar.

Penurunan yang terjadi secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanuta. pengangguran wanita berkurang secara drastis bahkan mulai mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di negara - negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada kemajuan dalam beberapa sektor utama (Pendidikan dan Kesehatan), wanita masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria), mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang melakukan pekerjaan yang sama. meskipun banyak kemajuan telah dicapai di beberapa bidang (terutama pendidikan dan kesehatan), perempuan masih lebih mungkin bekerja di sektor informal, dalam pekerjaan yang bayarannya rendah, dan dibayar lebih rendah daripada laki - laki untuk pekerjaan serupa. ini ditunjukan oleh data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS):

*TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan tren: pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa pemegang ijazah pendidikan dasar semakin berkurang.
Sedangkan untuk sektor pekerjaan di Indonesia masih di dominasi oleh sektor pertanian, tabel dibawah ini menunjukan sektor paling diminati di Indonesia

Berdasarkan data-data diatas,  dapat dilihat bahwa angka pengangguran di indonesia masih tinggi, walaupun sudah menurun akhir - akhir ini, namun saya kira perlu ada kerja ekstra untuk mengatasi pengangguran yang ada, ditambah dengan besarnya urbanisasi yang terjadi. saya kira perlu adanya pemerataan sektor pembangunan agar seluruh perekonomian di indonesia terbagi rata tidak hanya di kota - kota besar saja, namun juga di wilayah terpencil

Sumber: https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/item255